Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pelekatan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi,sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan).
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Pendidikan di Taman Kanak-kanak yang bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini sangatlah penting, sebab perilaku emosi-sosial ada hubungannya dengan aktivitas dalam kehidupannya. Semakin kuat emosi memberikan tekanan, akan semakin kuat mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk melakukan aktivitas tertentu. Jika kegiatan sesuai dengan emosinya maka anak akan senang melakukannya dan secara mental akan meningkatkan konsentrsai pada aktivitasnya dan secara psikologis akan positif memberikan sumbangan pada peningkatan motivasi dan minat pada pembelajaran yang ditekuninya.
Gardner (1995) juga menyatakan bahwa keadaan positif yang dialami anak, dimana anak menyukai, menekuni, dan merasa terlibat dengan apa yang dipelajari, akan dapat mengembangkan kompetisi yang lebih optimal. Dengan membangun ikatan emotional yaitu menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman dalam suasana belajar, akan meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar (DePorter, Reardon, & Singer-Nourie, 1999 dalam Riana Mashar, 2011). Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Menurut Eli Nugraha,dkk (2007 : 5.15) Terdapat beberapa hal mendasar yang mendorong pentingnya pengembangan sosial emosional tersebut, yaitu :
Makin kompleksnya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk di dalalmnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial anak.
Penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu dipersiapkan maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun ketrampilan sosialnya.
Rentang usia penting pada anak terbatas. Jadi, harus difasilitasi seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun yang terlewatkan.
Anak tidak bisa hidup dan berkembang dengan IQ semata, tetapi EI jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan.
Telah tumbuh kesadaran pada setiap anak tentang tuntutan untuk dibekali dan memiliki kecerdasan sosial emosional sejak dini.
Seperti fakta saat ini di setiap lembaga PAUD pasti ada anak yang belum terbentuk secara maksimal sosial emosionalnya, sehingga ada anak saat pembelajaran sering terlihat murung, kurang semangat, kurang percaya diri sering minta ditunggui, cepat menangis dikala tidak mampu menyelesaikan tugas dan kurang mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru serta kurang adanya kerjasama dengan teman. Salah satu penyebabnya yaitu kegiatan pembelajaran di kelas yang monoton kurang bervariasi, model pembelajaran klasikal membuat anak pasif, kurang bereksplorasi, tanpa mengajarkan bagaimana memberikan pembelajaran yang melibatkan perkembangan sosial emosional anak. Pihak sekolah hanya menekankan kemampuan akademik anak, seperti membaca, menulis, berhitung (calistung). Dan tuntutan dari orang tua agar anak mengusai kemampuan akademik saja tanpa diimbangi dengan kemampuan sosial emisional, membuat anak merasa tertekan, cepat bosan, sehingga anak kurang percaya diri, bersifat egosentris, gelisah, cemas dan menangis. Hal ini sangat dirasakan oleh guru dan menghambat proses belajar mengajar guru. Karena dalam keadaan tersebut anak selalu meminta orang tuanya menunggu di dalam kelas, duduk di sebelahnya, sehingga tidak dapat terjalin suatu hubungan erat antara guru dan murid.fakta yang lainnya juga ketika guru meminta 4 anak tampil di depan kelas untuk menunjukkan potensinya, beberapa anak tidak mau, karena rasa kurang percaya diri anak masih rendah, dan ada beberapa anak yang maju di depan kelas atau mengerjakan tugas dibantu orang tuanya disebabkan rasa ketergantungan yang berlebihan, sehingga tidak tercipta konsep diri yang baik bagi anak.
Deskripsi Aksi Nyata yang dilakukan
PSE (Pembelajaran Sosial Emosional) ini sangat penting dan berguna, bukan hanya bagi guru dan murid, tetapi juga bagi komunitas sekolah. Anak-anak dan guru setiap pagi sebelum memulai pembelajaran melakukan teknik STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, Procced). Teknik STOP juga guru berikan kepada murid di dalam kelas di sela-sela pembelajaran berlangsung agar murid senantiasa mendapatkan kesadaran penuh (Mindfulness sosial emotional learning) dan Well Being nya. Dengan pemahaman akan kebutuhan dan karakteristik anak yang beragam untuk membentuk kesadaran diri, rasa empati dan untuk mengetahui atau mengidentifikasi perasaan murid serta membentuk sikap sabar dalam melakukan aktifitasnya, ketika mereka datang kesekolah saya membuat papan roda emosi dan menempel stiker/password masuk kelas yang saya tempelkan di samping pintu dan depan kelas, ketika anak-anak selesai pembiasaan berbaris di depan kelas, anak-anak akan memilih Password masuk kelas satu persatu secara tertib sesuai urutan barisan mereka, Dari pembiasaan ini telah membentuk sikap sabar, dan mau menunggu giliran masuk. Selanjutnya setelah masuk kedalam kelas secara berurutan sesuai barisannya kembali anak-anak memilih gambar emoji pada papan roda emosi yang mewakili perasaan yang anak-anak bawa dari rumah ke sekolah. Dengan begitu guru dapat mengetahui perasaan seperti apa dan bagaiaman yang anak-anak butuhkan ketika berada di dalam kelas dan di sekolah ketik mengikuti pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajarannya saya mengintegrasikan Pembelajaran Sosial Emosial ke dalam RPP Berdiferensiasi.
Hasil dari Aksi Nyata yang Dilakukan
Alhamdulilah dengan adanya materi Pembelajaran Sosial Emosional yang di integrasikan kedalam RPP Berdiferensiasi saya dapat memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Dengan penerapan PSE ini juga suasana kelas dalam pembelajaran nya terlihat nyaman dan tenang karena ketika anak-anak sudah terlihat bosan dengan kegiatan pembelajarannya saya dapat mengembalikan mood/semangat anak-anak dengan teknik STOP (Stop- Berhenti, Take e deep breathe- Tarik napas dalam, Observe- Amati, Proceed- Lanjutkan) maupun memberikan Ice Breaking sehingga tumbuh kembali kesadaran penuh di dalam diri anak-anak dan pengelolaan kelas jadi semakin mudah.
PSE berbasis kesadaran penuh (Mindfulness sosial emotional learning) dan Well Being merupakan latihan kesadaran penuh dalam kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Dalam PSE melahirkan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yaitu; Kesadaran diri, Pengelolaan diri, Kesadaran sosial, Keterampilan relasi, dan Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab.
Dengan adanya kesadaran penuh ini juga saya sebagai guru dapat merasakan ketenangan ketika menghadapi keanekaragaman karakter murid-murid. Terlebih lagi murid di Taman Kanak-Kanak yang sangat membutuhkan ketenangan serta mengendalikan emosi ketika menghadapinya.
Pembelajaran yang di dapat dari pelaksanaan
Pelajaran yang saya dapatkan dari penerapan Pmbelajaran Sosial Emosional ini yaitu Alhamdulillah saya dapat mengendalikan emosi (kesadaran diri) di setiap meghadapi kasus di sekolah yang berhubungan dengan murid, saya lebih memahami kekuatan dan kelemahan diri saya, dimana saya harus mampu mengelola perasaan marah, atupun jengkel terhadap murid-murid yang memiliki karakteristik yang berbebea-beda ketika anak-anak tidak mengindahkan keyakinan kelas yang telah di sepaati (manajemen diri). Ketika saya sudah faham tentang adanya perbedaan/ keanekaragaman karakteristik di antara murid-murid saya sehingga menumbuhkan perasaan berempati serta perbedaan itu maka tubuhlah kesadaran sosial dalam diri saya.
Dalam menerapkan pembelajaran Sosial Emosional (PSE) ini saya menggunakan tiga teknik, yaitu: Rutin, Terintegrasi dalam mata pelajaran, dan Protokol. Penerapan PSE secara rutin di sekolah dimasukkan dalam jadwal rutin yang dilakukan di sekolah, seperti apa yang telah dicapai murid selama pembelajaran berlangsung. Penerapan PSE secara terintegrasi dengan mata pelajaran dihubungkan dengan penyelesaiaan kasus-kasus yang dialami oleh murid di kelas, di rumah atau di lingkungan sekitarnya. Sedangkan untuk penerapan PSE dalam lingkup protokol dapat diimlementasikan dalam bentuk tatatertib sekolah dan keyakinan kelas yang telah terbentuk dan disepakati bersama. Dengan demikian Pembelajaran Sosial Emosional ini dapat berjalan dengan baik sampai hari ini.
Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang
saya harus banyak belajar dan membangun kepercayaan diri.
Berkolaborasi bersama murid, rekan sejawat, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah secara konsisten.
Mengintegrasikan RPP berdiferensiasi dengan PSE (Pembelajaran Sosial Emosional)
Dokumentasi Kegiatan :
Tahapan membuat Papan Roda Emosi
Penerapan nilai dan peran Guru Penggerak Inovatif, dan kreatif
Penerapa Budaya positif ,PSE, Pembelajaran Berdiferensiasi
Antri memilih emoji pada papan roda emosi
Antri memilih emoji pada papan roda emosi
Memilih Stiker password masuk kelas
Memilih Stiker password masuk kelas
Memilih Stiker password masuk kelas
Antri memilih emoji pada papan roda emosi
Antri memilih emoji pada papan roda emosi
Antri memilih emoji pada papan roda emosi
Identifikasi perasaan yang di bawa murid dari rumah setelah memilih emoji pada papan roda emosi (murid mengungkapkan cerita perasaannya )